BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Halaman

Rabu, 11 Januari 2012

Alif Ba Ta

Ada rusa di pinggir danau
Banyak burung di atas pohon jati
Tak perlu gundah ataupun galau
Karena ada Allah yang selalu di hati

Ikan berenang di sungai tenang
Bila dilihat elok nian siripnya
Tidaklah sulit menjadi pemenang
Ikhtiar dan tawakal itulah prinsipnya

Ulat berbulu di atas pagar
Bunga Melati harum mewangi
Turun ke jalan di waktu fajar
Menanti bidadari bersyal pelangi

*Inspiring By "Aku Maafkan Kamu - Malique & Jamal Abdillah"

PVJ, 17 Safar 1433 H

Minggu, 08 Januari 2012

Sejarah Singkat Desa Beusi

Pada pertengahan abad ke-XV tepatnya tahun 1404 M berdirilah desa yang berlokasi dipinggir sungai Cikeruh bernama Desa Leuwitingting dibawah Kesultanan Cirebon. Desa Leuwitingting sebelah timur berbatasan dengan Plered, sebelah utara dengan Cadang Pinggan, sebelah barat dengan Pajagan, dan sebelah selatan dengan Patuanan. Desa ini dikepalai oleh Raden H. Jafar Sidiq yang memerintah mulai tahun 1404 sampai tahun 1440 (36 tahun). Untuk menjalankan pemerintahannya beliau mengangkat seorang lebe yang merupakan pamannya sendiri yang bernama Maryam dan juga mengangkat beberapa lurah.

Pada saat itu penduduk desa Leuwitingting menganut berbagai macam agama seperti islam, budha, hindu bahkan animisme. Di sinilah peran kuwu Raden H.Jafar Sidiq untuk syiar agama islam. Guna mempermudah penyebaran agama islam, beliau membuat bedug yang terbuat dari pohon sidagori yang suaranya itu menggema dan menarik perhatian rakyat Cirebon. Akhirnya terdengar pula oleh Gusti Sinuhun yang kemudian mengutus syeh bentong untuk meminta bedug tersebut. Permintaan tersebut dikabulkan oleh kuwu Leuwitingting dan bedug tersebut langsung di bawa ke keraton Kasepuhan Cirebon yang hingga kini masih ada dan diberi nama bedug Sidagori oleh Gusti Sinuhun.

Sekitar tahun 1440 terjadilah musibah hama (semacam wereng, tikus, sundep, dll) yang sangat ganas dan merusak tanaman baik padi maupun palawija. Hal ini didengar oleh Gusti Sinuhun Cirebon sehingga beliaupun segera datang untuk memberi bantuan dengan membawa obat-obatan (ukup, menyan, dll) untuk memberantas hama yang merajalela yang diangkut dengan sebuah kendaraan tradisional bernama pedati. Ditengah perjalanan antara kampung kedondong (sekarang Sukawera) dengan desa Leuwitingting, pedati tersebut masuk parit yang cukup dalam dan selip sehingga perjalanan beliau terhambat.

Gusti Sinuhun pun minta bantuan kepada kuwu Leuwitingting un¬tuk mengangkat pedati yang selip itu, namun kebetulan datanglah lurah Kedondong yang bernama Kimertabumi yang akhirnya menawarkan diri untuk membantu mengangkat pedati yang selip dan Gusti Sinuhun pun mengizinkan.

Setelah pedati terangkat datanglah kuwu Leuwitingting, kemudian Gusti Sinuhun menyerahkan obat-obatan untuk menangkal hama sekaligus memberi gelar kepada kuwu Leuwitingting (Raden H. Jafar Shidiq) atas jasa-jasanya dengan se¬butan pangeran Nalabaya. Yang artinya abdi negara juga da¬pat diartikan Nala itu berani dan Baya itu pakewuh, sehing Nalabaya berati siap menghadapi segala macam tantangan.

Gusti Sinuhun juga, menyerahkan panji Macan Ali (lambang bendera Cirebon) kepada kuwu Leuwitingting serta memberi gelar Jiwantaka kepada lurah Kedondong Kimertabumi, yang artinya orang yang berjiwa besar dan patuh kepada pimpinan.

Selanjutnya Gusti Sinuhun memerintahkan kepada kuwu Leuwitingting agar desanya dipindahkan ke Alas Gandok agar ti¬dak terkena musibah lagi. Akhirnya, kuwu Pangeran Nalabaya, lebe Maryam dan para lurah serta masyarakat segera pindah ke Alas Gandok. Lalu dibangunlah balai desa, masjid dihulu dayeuh, padepokan Karapyak dan membuat sumur. Namun pada saat membuat sumur tiba-tiba menemukan lempengan-lempengan Beusi, maka sumur tersebut dinamakan sumur Beusi yang sam¬pai sekarang masih ada dan dikeramatkan. Sehingga pangeran Nalabaya, lebe Maryam, para lurah dan tokoh agama, serta, tokoh masyarakat sepakat untuk mengganti nama desa Leuwitingting menjadi desa Beusi.

Setelah selesai membangun desa yang baru pangeran Nalabaya (kuwu Beusi) memanggil pamannya lebe Maryam. Beliau berkata,

“sehubungan ada wangsit bahwa saya harus menghadap Gusti Sinuhun, maka pemerintahan desa saya titipkan kepada paman untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Sebagai tanda kepercayaan untuk menjalankan tugas sebagai kuwu, saya berikan sumbul buk beserta isinya”. Disitulah terjadi yang dinamakan bewu singkatan dari lebe dan kuwu. Sejak itu pula kuwu pangeran Nalabaya tidak pernah kembaii lagi. Setelah menjabat selama 8 tahun bewu Maryam wafat dan di makamkan di padepokan Karapyak.

Pada tahun 1585 sampai tahun 1609 (24 tahun) terjadilah peperangan melawan penjajah Belanda yang disebut babad Bantarjati pada saat dijabat oleh kuwu Abas / Seyong dan kuwu Sanidin.

Pada tahun 1754 ketika dijabat oleh kuwu Santan desa Beusi pindah dari hulu dayeuh ke blok Kelenting dekat kampung Pilang.

Pada tahun 1942 datanglah penjajah Dainipon / Jepang ketika dijabat oleh kuwu Parta Disastra. Desa Beusi pun dipindahkan secara paksa ke sebelah selatan Dukuh Huma dekat Telektek I (kampung Pesantren) dan Telektek II (kampung Entuk).

Pada tahun 1982 ketika kuwunya bernama Sutia Andon, desa Beusi dimekarkan karena penduduknya sudah sangat padat yaitu menjadi dua desa, desa Beusi (induk) dan desa Gandawesi (pamekaran).

Pemerintahan desa Beusi sampai sekarang sudah di jabat oleh 56 kuwu.

sumber : Arsip & dokumentasi Desa Beusi

Rabu, 03 Agustus 2011

Keajaiban Angka 1-10

Ternyata angka atau bilangan dengan menggunakan bahasa Indonesia memiliki struktur atau pola yang unik dan mungkin tidak akan ditemukan di bangsa lain. Hanya di Indonesia.

Setiap bangsa, negara dan daerah pasti memiliki penyebutan sendiri untuk angka-angka dari satu, dua sampai dengan sepuluh. Misalnya angka tiga kita menyebutnya di Indonesia tapi di negara lain ada yang menyebutnya tri, three, san, tolu dan lain sebagainya.

Bahkan bila ada yang masih ingat angka-angka tersebut dalam bahasa daerah teman-teman masing-masing dari satu sampai sepuluh maka kadang ada angka yang penyebutannya sama dan ada pula yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Mungkin tergantung dari enaknya di lidah atau di telinga.

Langsung saja. Di sini saya bukan mengajarkan Anda berhitung tapi coba perhatikan deretan angka-angka di bawah ini.
1 = Satu 2 = Dua 3 = Tiga 4 = Empat
5 = Lima
6 = Enam 7 = Tujuh 8 = Delapan 9 = Sembilan
Ternyata setiap bilangan mempunyai saudara ditandai dengan huruf awal yang sama. Bila kedua saudara ini dijumlahkan angkanya, maka hasilnya pasti sepuluh. Contohnya Satu dan Sembilan. Mempunyai huruf awal yaitu S dan bila djiumlahkan satu dan sembilan hasilnya adalah sepuluh.

Begitu juga dengan Dua dan Delapan, Tiga dan Tujuh kemudian Empat dan Enam. Terurut sampai dengan angka Lima. Lima dijumlah dengan dirinya sendiri juga hasilnya sepuluh.

Tidak sampai di situ, ternyata huruf awalnya juga punya peranan penting terbentuknya bilangan itu. Misalnya Satu dan Sembilan sama-sama huruf awalnya adalah S yang secara kebetulan berada pada urutan 19 dalam alpabet. Bila angka satu dan sembilan dijumlahkan kemudian dibagi dua untuk mencari rata-ratanya maka hasilnya adalah 5. Bentuk angka 5 sangat identik dengan huruf S. Yang pernah membaca Matematika Alam Semesta, perlu ditambahkan bahwa 19 adalah angka TUHAN.

Kemudian Dua dan Delapan. Huruf awalnya adalah D yang urutan keempat. Bila delapan dibagi dua maka hasilnya adalah empat (pembenaran).

Selanjutnya Empat dan Enam. Huruf awalnya adalah E yang urutan kelima. Lima berada diantara Empat dan Enam (pembenaran lagi).

Sedangkan angka Lima huruf awalnya adalah L. Dimana L digunakan untuk simbol angka lima puluh dalam perhitungan Romawi (pembenaran yang masih nyambung).

Lalu bagaimana dengan Tiga dan Tujuh? Ternyata susah cari pembenarannya. Ditambah, dikurang, dibagi dan dikali ternyata belum juga ketemu. Tiga dikali tujuh hasilnya 21, kurang satu angka dengan huruf T yang urutan ke 20. Tapi simbol V digunakan untuk menunjukkan angka tujuh dalam perhitungan Arabic. Dan V diurutan ke-22.

Ternyata, tidak pakai matematika. Cukup ditulis saja di kertas kosong kemudian pasti bisa ketemu hubungannya. Coba tulis huruf T kecil (t) di sebuah kertas. Kemudian putar kertasnya 180 derajat maka kamu bisa lihat angka tujuh dengan jelas. Lalu bagaimana dengan angka tiga? Juga sama. Tulis huruf T besar di kertas pakai font Times New Roman kemudian putar 90 derajat ke kanan searah jarum jam. Tada…. Kamu pasti bisa lihat angka tiga dengan jelas. Tapi sedikit mancung. (pembenaran yang juga dipaksakan sekali).

Pola unik ini mungkin hanya bisa ditemukan di Indonesia. Lalu bagaimana dengan di Malaysia yang juga memakai bahasa yang sama? Ternyata di Malaysia angka 8 tidak disebut sebagai Delapan tapi Lapan. Jadi pola ini hanya milik Indonesia. Jangan sampai diklaim juga sama mereka.

Sumber :
http://zonaaneh.blogspot.com/2011/03/keajaiban-angka-1-10.html#ixzz1KL1CwyIA


Rabu, 27 Juli 2011

Mendengar Musik dan Tertawa Bisa Segarkan Otak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivitas yang selalu sama setiap hari dapat menimbulkan rasa jenuh dan kebosanan. Akibatnya akan berimbas kepada melemahnya daya konsentrasi. Selain itu, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa otak orang dewasa dapat fokus dan berkonsentrasi secara efektif selama 25 menit, tetapi setelah itu pikiran tidak lagi fokus.

Sibuk bekerja selama seharian cenderung membuat Anda stres dan pikiran menjadi kusut. Khususnya bagi mereka yang berprofesi sebagai penulis dan insinyur yang pekerjaannya secara teratur melibatkan banyak pemikiran. Di saat-saat stres, Anda perlu menyegarkan kembali pikiran, serta mengkalibrasi ulang semua fungsinya.

Berikut trik-trik untuk dapat membantu menyegarkan kembali pikiran Anda:

1. Musik
Musik yang menenangkan sangat bermanfaat untuk sumber daya mental Anda. Jernihkan pikiran Anda hanya dengan duduk sambil hanyut dalam musik yang indah. Jika Anda senang bermain musik, itu sangat baik, segera keluarkan piano tua Anda atau unduh aplikasi musik pada handphone Anda dan mulai mainkan.

2. Olahraga
Ibarat pepatah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Berolahraga secara teratur selain dapat menyegarkan pikiran juga dapat menyehatkan badan.

3. Tertawa
Tertawa adalah obat terbaik untuk menghilangkan kebosanan. Karena, tertawa dan humor melepaskan “endorfin” yang dapat meningkatkan mood serta perasaan bahagia.

4. Melatih mental
Otak Anda senang ditanya dengan sesuatu yang membingungkan. Jadi ketika Anda merasa lelah belajar atau bekerja, cobalah untuk menyelesaikan suatu pertanyaan yang menyenangkan untuk menguatkan otak Anda.

5. Bersosialisasi
Manusia adalah makhluk sosial. Selain menjadi kebutuhan, bersosialisasi juga dapat menjaga agar otak kita tetap segar. Cobalah berhubungan dengan orang-orang baru ataupun menelepon teman lama. Carilah pembicaraan di luar situasi Anda.

6. Tidur pendek
Tak ada yang lebih menyegarkan jika dibandingkan dengan tidur pendek. Segera setelah tidur pendek, Anda akan merasa lebih baik dan lebih bisa menyelesaikan pekerjaan dibandingkan ketika Anda sedang lelah.

7. Hiruplah sesuatu yang berbau enak
Nyalakan lilin beraroma favorit Anda atau hiruplah bau secangkir kopi panas. Karena, dengan menghirup sesuatu yang berbau enak dapat menyegarkan pikiran Anda.

8. Pijat
Pijat adalah cara sempurna untuk meredakan ketegangan dan mengurangi stres. Anda dapat mencoba berbagai jenis pijat pada hari yang berbeda untuk kembali memperkuat diri.

9. Mandi
Mandilah dengar air hangat, karena dapat membuat otot serta pikiran Anda menjadi rileks.

10. Berangan-angan
Untuk sesaat, biarkan imajinasi Anda berkelana seperti saat masa kanak-kanak. Karena hal tersebut juga dapat menyegarkan pikiran sehingga Anda bisa kembali fokus pada tugas di hari-hari berikutnya.

Mulai saat ini, segarkan pikiran dan energi, serta jinakkan stres Anda dengan beristirahat dan melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan menyenangkan seperti di atas. Karena, otak Anda menyukai sesuatu hal yang menggembirakan.

Sumber : TribunNews.com

Jendela Rumah Sakit

Dua orang yang mempunyai penyakit serius menempati kamar yang sama di rumah sakit. Pasien yang satu, setiap siang hari dibolehkan duduk selama satu jam untuk mengeringkan cairan yang ada di paru-parunya. Tempat tidurnya terletak di sebelah jendela satu-satunya di kamar itu.

Pasien yang lain hanya dapat berbaring di atas punggungnya setiap hari. Kedua orang ini berbicara tentang istri, keluarga, rumah tangga, pekerjaan dan keterlibatan mereka dalam tugas-tugas militer.

Setiap siang, ketika pasien yang dekat jendela duduk, ia menghabiskan waktunya bercerita kepada teman sekamarnya tentang semua yang ia lihat dari balik jendela. Teman sekamarnya selama satu jam hidup dalam dunia yang lebih luas. Kegiatan dan warna dunia luar membuatnya lebih bergairah hidup.

Jendela itu menghadap ke taman yang di dalamnya ada telaga yang indah. Angsa dan itik bermainan di atas air sementara anak-anak melayarkan kapal-kapal mainannya. Sepasang kekasih jalan bergandeng tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni seperti pelangi. Pohon tua yang besar menambah indahnya pemandangan. Garis bayangan kota terlihat di kejauhan. Setiap kali pasien yang di dekat jendela menjelaskan semuanya secara indah dan rinci, teman sekamarnya memejamkan mata membayangkan pemandangan itu.

Suatu siang yang hangat, pasien yang di dekat jendela menceritakan parade yang lewat. Meskipun teman sekamarnya sama sekali tidak mendengar suara drum band, tapi ia dapat melihat parade itu dalam pikirannya karena temannya menggambarkannya dengan jelas.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Suatu pagi, perawat yang datang membawakan air untuk mandi mereka mendapati tubuh pasien dekat jendela sudah tidak bernyawa. Ia meninggal dengan penuh kedamaian dalam tidurnya. Perawat yang selama ini telah merawatnya merasa sedih. Ia memanggil karyawan rumah sakit untuk memindahkan mayat itu.

Setelah menganggap layak waktunya, pasien yang lain bertanya apakah ia boleh pindah ke dekat jendela. Perawat tidak keberatan dengan pergantian tempat ini. Setelah merasa bahwa sang pasien telah berbaring dengan nyaman di sebelah jendela, sang perawat pergi meninggalkannya sendiri.

Perlahan-lahan dengan menahan sakit, pasien itu menggunakan sikunya agar tubuhnya naik dan dapat melongok ke jendela. Akhirnya ia bakal melihat pemandangan indah itu dengan mata kepalanya sendiri.

Ia tegangkan badannya lalu perlahan-lahan berputar untuk melihat ke jendela. Betapa kagetnya ketika ia mengetahui bahwa di balik jendela itu hanya tembok belaka. Si pasien lalu menceritakan kejadian yang dialaminya kepada perawat.

“Apa gerangan yang membuat teman sekamarku berbuat demikian?” Tanya si pasien kepada perawat.

“Lelaki itu sesungguhnya buta, tembok yang ada di seberang jendela itu pun tak dapat dilihatnya.” Jelas si perawat. “Mungkin ia ingin membesarkan hatimu.” (Author Unknown)

*
Sumber Buku :
Hikmah dari Seberang oleh Drs. Abu Abdillah Al-Husainy