BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Halaman

Minggu, 01 Mei 2011

Mimisan (Epistaksis) dan Cara Penanganannya

Menindak lanjuti postingan sebelumnya tentang mimisan. Akhirnya setelah googling-googling ketemu juga artikelnya di sini. Cekidoooot mas Bro…

Mimisan atau dalam bahasa kedokterannya disebut Epistaksis merupakan gejala yang sangat sering dijumpai pada anak anak, walau demikian banyak orang tua yang ketakutan dan bingung bila anaknya kedapatan sedang mimisan. Mimisan sendiri bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit, itu artinya mimisan bisa terjadi karena bermacam sebab dari yang ringan sampai yang berat.

Mimisan merupakan gejala keluarnya darah dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh. Kelainan lokal dapat berupa trauma misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, benda asing di hidung, dan iritasi gas yang merangsang.

Sebab lokal yang lain adalah infeksi hidung dan organ sekitarnya, tumor baik yang jinak maupun ganas, perubahan lingkungan yang mendadak misalnya perubahan tekanan atmosfir yang mendadak pada penerbang dan penyelam, benda asing yang masuk ke hidung tanpa permisi, dan penyebab yang lain yang belum diketahui dengan pasti.

Sedangkan kelainan di bagian tubuh yang lain yang bisa menyebabkan mimisan antara lain, penyakit jantung dan pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi dan kelainan pembuluh darah, kelainan darah seperti turunnya kadar trombosit, gangguan pembekuan darah, leukimia. Kelainan lain yang menyebabkan mimisan yaitu, infeksi seluruh tubuh seperti demam berdarah, gangguan hormonal dan kelainan bawaan.

Memang penyebab mimisan seperti yang dijabarkan diatas sangat banyak dan kompleks, baik yang merupakan penyebab yang ringan (tidak memerlukan penanganan lebih lanjut) maupun yang merupakan penyebab yang berat alias harus mendapatkan penanganan khusus. Maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan yang cermat pada pasien dengan mimisan untuk diobati dengan cermat dan tepat.

Prinsip penanganan mimisan ada tiga yaitu menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah terulangnya mimisan. Untuk perdarahan yang ringan, menghentikan perdarahan dapat dilakukan dengan menekan kedua cuping hidung ke tengah selama beberapa menit. Untuk perdarahan yang hebat dan penghentian perdarahan dengan menekan cuping hidung gagal maka pasien perlu segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan mimisan adalah syok dan anemia. Kedua komplikasi ini terjadi akibat perdarahan yang banyak yang tidak tertanggulangi atau terlambat mendapatkan penanganan. Komplikasi yang lain adalah turunnya tekanan darah akibat dari kehilangan darah yang banyak.

Tidak usah khawatir, menurut para ahli 90 persen mimisan akan berhenti sendiri dengan segera, sedangkan yang 10 persen memerlukan tindakan khusus. Asal tidak terlambat mendapatkan penanganan maka komplikasi yang berat tidak terjadi.

Semoga bermanfaat…


Sumber :
http://www.blogdokter.net/2007/07/30/mimisan-epistaksis/

Mimisan

Hari yang cukup cerah. Dan memang terlalu cerah untuk aku lukiskan dengan kata-kata, bahkan awan pun enggan untuk merapatkan dirinya terlalu dekat dengan mentari. Sehingga mentari pun bebas menebarkan “senyumannya” di sepanjang jalan Dewi Sartika. Ya, “senyuman” yang membuat aku bermandikan keringat. Panas.

Seandainya Alloh tidak mengingatkan bahwa pada hari itu aku sedang shaum, mungkin sudah habis 2 gelas es doger itu aku minum. Alhamdulillah Alloh masih sayang. ^^

Daripada kepikiran es doger terus akhirnya aku putuskan untuk pergi ke mesjid saja. Sekalian ngabuburit pikirku. Dan tak perlu aku ceritakan bagaimana awalnya aku bisa tertidur pulas di masjid. Sampai samar-samar terdengar suara dari atas menara membangunkanku dari alam mimpi. Adzan.

Ah…sudah berapa jam aku tertidur. Entahlah.

Dengan tingkat kesadaran yang masih 60% aku pun menuruni anak tangga dan bersiap untuk mengambil air wudlu. Tetes demi tetes air itu pun membasahi wajahku dan perlahan memulihkan kesadaranku yang sempat dilanda “lulungu”.

Akhirnya, setelah melaksanakan sholat ashar. Kedua Kaki ini pun menuntunku untuk melangkah pulang. Ifthor di Gerlong saja pikirku saat itu. Kuhentikan angkot Kalapa-Ledeng yang berjalan sedikit pelan. Masih kosong rupanya, akupun memilih tempat paling belakang. Rupanya sisa-sisa kantuk tadi siang pun masih terasa. Dan benar saja tidak lebih dari 10 menit matakun pun sudah terpejam. Lagi.

“Sayang aku… bukanlah Bang Toyib…..”

Petikan gitar dan alunan suara dari pengamen tersebut membangunkanku. Dan Astagfirulloh…darah.. betapa kagetnya aku melihat seseorang yang duduk di depanku. Seorang gadis yang berlumuran darah. Mimisan rupanya. Mungkin sudah lama, melihat bajunya yang putih telah dipenui tetesan darah, begitupun dengan tasnya yang berwarna abu-abu telah penuh dengan noda-noda merah.

“Teteh, jangan nunduk”, hanya itu yang bisa kuucapkan.

Dan aku pun hanya bisa terdiam, karena aku bingung apa yang harus kulakukan. Suerrrr deh, ngeri banget lihatnya. Walaupun ini bukan yang pertama kali aku melihat orang mimisan, tapi tetap saja ada perasaan iba. Dan seumur-umur bahkan sampai umurku berkepala dua, belum pernah aku ngerasain yang namanya mimisan.

“Kiri bang”, akhirnya aku pun turun tepat di samping kampus UPI.

Dalam perjalanan menuju kostan, aku masih memikirkan bagaimana nasibnya gadis itu. Dengan keadaan yang sudah keluar banyak darah, bisa-bisa gadis itu pingsan. Apalagi kalau tadi aku lihat tasnya yang bukan terbuat dari kain, begitu jelas menampung darah yang menetes dari hidungnya. Semoga Alloh melindungi gadis itu.

Akhirnya timbulah pertanyaan dalam benakku. Apa sih mimisan itu? Kenapa juga harus mimisan?


***
Ngabuburit di kamis sore 280411