“Hari ini pokoknya aku harus dapat, pokoknya harus”.
Dalam hati aku coba meyakinkan, kalau hari ini aku bisa melunasi tunggakan listrik. Sejak kemarin malam perasaanku kurang begitu nyaman, melihat ibu kost wara-wiri mondar-mandir di depan kamar kost. Sesekali mengetuk pintu kamar, kemudian bla bla bla khotbah berbicara panjang lebar, padahal intinya cuma satu, bayar uang listrik jangan telat. Tapi apa mau dikata, gaji freelance-ku baru bisa dibayarkan Senin esok. Berkali-kali aku coba menjelaskan bahwa uang listrik akan segera kubayar tapi tidak sekarang mungkin Senin. Setidaknya aku sudah coba meyakinkannya, walaupun aku sendiri tidak yakin ketika melihat raut muka ibu kost yang sedikit berubah. Hmmm… baiklah mungkin harus di bayar hari ini juga.
Dalam hati aku coba meyakinkan, kalau hari ini aku bisa melunasi tunggakan listrik. Sejak kemarin malam perasaanku kurang begitu nyaman, melihat ibu kost wara-wiri mondar-mandir di depan kamar kost. Sesekali mengetuk pintu kamar, kemudian bla bla bla khotbah berbicara panjang lebar, padahal intinya cuma satu, bayar uang listrik jangan telat. Tapi apa mau dikata, gaji freelance-ku baru bisa dibayarkan Senin esok. Berkali-kali aku coba menjelaskan bahwa uang listrik akan segera kubayar tapi tidak sekarang mungkin Senin. Setidaknya aku sudah coba meyakinkannya, walaupun aku sendiri tidak yakin ketika melihat raut muka ibu kost yang sedikit berubah. Hmmm… baiklah mungkin harus di bayar hari ini juga.
Terik mentari daerah Sukasari sudah tak kupedulikan lagi, walaupun melemahkan ragaku yang tengah shaum ini. Aku masih terus berjalan. Karena satu tujuanku saat ini mencoba cari pekerjaan yang gajinya bisa langsung dibayar hari ini juga. Sudah tiga tempat aku datangi, tapi semuanya tidak melayani system pembayaran gaji seperti itu. Akhirnya dengan perasaan yang hampir putus asa, aku menghentikan pencarianku di depan sebuah mini market. Sambil memikirkan rencana selanjutnya, aku pun duduk di pembatas tempat parkir yang menghadap ke mesin ATM. Lelah.
Tiba-tiba terlintas dipikiranku, bagaimana kalau pinjam uang saja ke teman. Tapi sama siapa yah..? Selama ini jarang sekali aku pinjam uang, bahkan mungkin bisa dibilang langka. Hanya dua orang yang pernah aku pinjam uangnya, AM sahabat karibku dan MQ adik sepupuku. Masa harus pinjam sih. Aku kan sudah bertekad tidak akan pernah lagi terlibat dalam urusan utang piutang. Tapi kalau tidak pinjam, mau dapat uang darimana. Arghhhh bingung….
Saat kebingungan itu melanda aku pun hanya bisa berdoa,
“Ya Alloh ku mohon.., delapan puluh ribu saja please…..”
0 comments:
Posting Komentar